Legenda Sang Puru Parang

Pada jaman dahulu disebuah kerajaan. Terkenal, ada Raja yang arif, adil dan  bijaksana.
Di kerajaan itu tinggal seorang pemuda yang bernama Sang Puru Parang, dinamakan Sang Puru Parang karena seluruh tubuh pemuda itu ditumbuhi penuh dengan koreng, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap, tidak heran kalau dia dijauhi oleh penduduk dilecehkan dan dihina.
Sang Puru Parang selalu menyendiri, dia sadar akan dirinya tetapi dia tidak pernah membenci siapapun karena dia yakin pada suatu saat nanti penyakitnya akan sembuh dan menjadi seperti orang-orang normal lainya.


Pada suatu hari Baginda Raja mengadakan sayembara, barang siapa diantara semua pemuda yang bisa menggendong Putri Raja, dengan jarak 500m-+ menaiki tanjakan (tebing) dengan tidak menarik napas, dia akan dijadikan dengan Putri Raja.

Mendengar kabar itu maka semua pemuda yang ada berbondong-bondong datang untuk mengikuti sayembara, tidak terkecuali Sang Puru Parang.
Satu per satu mencoba tetapi semuanya gagal dan tidak membuahkan hasil.
Tibalah giliran Sang Puru Parang, setelah putri digendong dia mulai berjalan, sambil berucap , emhh... coba-coba, emhh.. menggendong putri, emhh.. dik tebawak (tidak terbawa), emhh.. geripakkan (dijatuhkan dari gendongan) begitulah seterusnya.
Padahal dia berucap itu siasat untuk menyembunyikan supaya dia bisa menarik napas (mencuri napas), makanya semua orang tidak menyangka bahwah dia sedang menarik napas termasuk Sang Raja.

Melihat keberhasilan Sang Puru Parang, semua orang yang sedang menyaksikan menyambutnya dengan tepukan riuh untuk mengapresiasi kegigihan pantang menyerah yang tidak pernah putus asa dan percaya diri tinggi yang ditunjukkan oleh Sang Puru Parang, termasuk Baginda Raja turut gembira karena tidak sedikit semua pemuda yang gagah, keren, tampan telah gagal.
Baginda Raja tidak mempermasalahkan siapa orangnya, dari mana asalnay, karena Baginda Raja selalu berlaku adil, bijaksana dan tidak pernah mengingkari janji, maka Baginda Raja mengumumkan tanggal pernikahan dan diadakan pesta yang meriah.

Mulai saat itu Sang Puru Parang hidup bahagia bersama Purti Raja, penyakitnya pun sembuh dan menjadi pemuda yang tampan.